Tuesday 5 February 2013

Profesi guru, mengajar


guru_mengajar
Profesi guru sekarang banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak. Semua terjadi karena perputaran jaman. Roda memang kadang berada diatas kadang berada di bawah. Begitu juga profesi guru pun demikian juga. Kini guru menjadi sorotan karena Indonesia mulai berbenah untuk memberikan pendidikan yang baik dan bermutu tinggi kepada anak bangsanya. Apakah pendidikan dulu tidak bermutu tinggi ? Apa betul terjadinya tindak kekerasan karena  pendidikan ?


Pendidikan itu luhur budi

Dari jaman dahulu pendidikan itu merupakan keluhuran. Jangan sampai pendidikan hanya dijadikan kambing hitam dari banyaknya kekerasan yang melanda di negeri ini. Baik formal dan tidak formal pendidikan itu suatu keluhuran budi. Manusia yang tersentuh pendidikan akan menjadi manusia yang luhur budinya, dia akan rendah hati pandai, cerdas, cekatan dan dekat dengan sang Maha Menciptakannya. Bukan sebaliknya yaitu yang sombong, congkak, kasar, iri, dengki, cepat putus asa, jalan pintas, dan munafik. Seorang yang tersentuh pendidikan akan berjiwa ksatria dan sportif.

Bila ada penyimpangan tingkah laku dari yang ada dalam sentuhan penddidikan itu bukan kesalahan pendidikan, pendidikan tetap suatu yang tinggi.

Begitulah. Namun memang tidak bisa dipungkiri, karena pendidikan itu sesuatu yang tidak kelihatan, maka sukar sekali orang menghargainya sebagai sesuatuuu yang luhur. Orang jadi gampang sekali mengatakan, banyak kekerasan karena kesalahan pendidikan. Kalau sudah seperti itu akan merambat kepada guru, dan seterusnya hingga membuat lingkaran yang tak putus-putusnya dalam dunia pendidikan.

Sertifikasi guru

Akhirnya sampailah kepada label sertifikasi guru yang selalu menjadi ramai diperbincangkan oleh siapapun. Diantara guru bila ada kata-kata sertifikasi cepat sekali respon mengenai hal tersebut.Diantara masyarakat maslah ini menjadi suatu kecemburuan dikatakan bahwa sekarang guru itu sangat enak sekali, mendapatkan uang dengan sangan mudah. Sehingga akhirnya banyak opini-opini terbentuk tentang sertifikasi ini sampai pada himbauan agar sertifikasi diperketat.

Alhasil memang benar sekarang sertifikasi diperketat. Tapi bagaimana perketatannya? Sebenarnya selama masyarakat hanya memiliki kerangka berfikir kuantitatif saja, hal itu tidak akan terwujud sepenuhnya. Namun bila berpijak pada pemikiran kualitatif, kegagalan terwujud dari program itu akan minim bahkan akan tercapai kesuksesan.

Kenapa bisa terjadi hal demikian? Sekarang sertifikasi tidak diadakan secara portofolio lagi namun diadakan secara pendidikan dan pelatihan guru. Pendidikan dan pelatihan gruru ini diberikan oleh universitas besar yang berada di daerah tersebut guru berada. Dimaksudkan agar penambahan kompetensi itu terukur berdasarkan Universitas besar tersebut. Bisa dipahami itu bahkan disetujui seratus persen program ini. 

Namun dalam hal mengukur kemampuan guru yang bersinggungan dengan perketatan itu diukur dengan test ujian nasional yang berdasarkan nilai. Hal inilah yang yang menjadikan  menjadikan kesulitan bagi peningkatan kompetensi ini. Peningkatan kompetensi, ditambahnya pendidikan oleh universitas besar itu kan sudah peningkatan kompetensi. Seberapa jauh masuk  dalam otak atau brainnya guru, bila diukur dengan soal test ujian yang sifatnya misal, akan rawa dengan segala kerawanan. Kerawanan inilah yang menjadikan penambahan kompetensi itu pudar tujuannya. Para guru hanya memikirkan apa keluarnya soal  soal test lalu penambahan-penambahan dalam pelatihan itu seolah sirna. Lebih penting memikirkan soal=soal test yang sarat dengan kerawanan.

Akhirnya, penambahan kompetensi dan kesejahteraan gurupun tidak merata. Banyak guru yang beruntung, sebagian guru tidak beruntung, dalam hal ini. Akhirnya guru meskipun sebutannya sama tapi berbeda beda.
Pada guru yang tidak beruntung, akan berkata yang terpenting dari pendidikan adalah mendidik siswa, aku pendidik, aku mendidik siswaku dengan baik, apapun yang aku terima.

(Novi Saptina - Penulis dan Guru SD Bisa dikunjungi di Blog: www.kompasiana.com/novisaptina)

No comments:

Post a Comment